Buku Dengan Dua Mata Pisau

Ihsanul Fikri
0

 


Buku non fiksi biasanya hitam dan putih. Berisi pengetahuan, tips-tips dan prosedural. Adapun buku yang banyak dicetak, setahu saya adalah buku dari dua kategori terakhir. Seperti cara begini-begitu, tips ini-itu dan sebagainya.

Mengapa saya sebut hitam dan putih? Karena buku non fiksi tak ubahnya berita yang berisi fakta-fakta. Berbeda sekali dengan fiksi yang membuat kita keluar dari dua dunia itu. Fiksi adalah bacaan yang  membuat kita dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sedang non fiksi adalah bacaan yang mencerahkan, disisi lain juga menjauhkan dari remang kedunguan.

Tapi ada juga buku yang berbahaya. Jangankan mencerahkan ia justru mengajarkan kepada hal-hal buruk dan keji. Sebut saja buku yang berjudul “30 Menit Belajar Hacker” ini. Adakah yang baik dari seorang hacker?

Sejak internet mentereng, hacker benar-benar jadi profesi yang menggelikan. Bagai teori konspirasi, banyak yang menentang tapi banyak juga yang menelannya bulat-bulat.

Barangkali, mereka yang membaca buku ini benar-benar akan jadi hacker. Setidaknya diberi kesempatan menjadi penjahat cyber. Misalnya, membajak sms/wa, membajak akun sosmed dan tindak kejahatan internet lainnya.

Tapi tak juga bisa sepenuhnya salah. Sebab dengan membaca buku tersebut, kita bisa jadi tahu apa yang dilakukan oleh seorang hacker ketika beraksi. Kedepannya, kita bisa dengan mudah membuat langkah pencegahan atau ketika ada permasalahan terkait spionase melalui hacker. Kita bisa mengatasi hal tersebut.

Entah buku ini bisa dikatakan berkah atau kutukan. Tergantung pembaca. Layaknya memakan buah simalakama. Bagaikan dua mata pisau.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)
Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !